Sate tikus adalah makanan yang cukup aneh di Indonesia. Meskipun tidak populer, sate tikus telah menjadi bagian dari budaya konsumsi tikus di beberapa daerah selama bertahun-tahun. Sate tikus terbuat dari tikus yang dipotong kecil dan dimasak dengan rempah-rempah tradisional. Makanan ini sering disajikan dengan nasi atau lontong dan saus kacang.
Kebudayaan konsumsi tikus di Indonesia berawal dari masa pra-Islam. Pada zaman itu, orang-orang melihat tikus sebagai sumber protein hewani yang murah dan mudah didapatkan. Selain itu, mereka juga percaya bahwa tikus memiliki manfaat medis tertentu. Sebagai contoh, di beberapa daerah, orang-orang meyakini bahwa minum air rebusan tikus akan menyembuhkan penyakit tertentu.
Selain itu, di beberapa daerah, tikus juga digunakan sebagai obat herbal. Di Kalimantan Barat misalnya, tikus digunakan untuk mengobati demam dan batuk. Orang-orang juga percaya bahwa tikus dapat mengurangi rasa sakit pada sendi dan tulang. Namun, meskipun ada bukti ilmiah tentang manfaat medis tikus, para ahli masih belum yakin apakah benar-benar efektif.
Meskipun begitu, sate tikus tetap merupakan salah satu makanan favorit di beberapa daerah di Indonesia. Banyak orang yang menganggap sate tikus lezat dan enak. Bahkan, ada beberapa restoran yang menyajikan sate tikus sebagai menu utama. Beberapa restoran ini biasanya menggunakan tikus yang sudah dibersihkan dan dipotong kecil-kecil. Kemudian, tikus tersebut dimasak dengan rempah-rempah tradisional seperti cabai, jahe, dan bawang putih.
Walaupun sate tikus tidak populer di seluruh Indonesia, makanan ini masih menjadi bagian penting dari budaya konsumsi tikus di beberapa daerah. Dengan cara memasak yang unik dan rasa yang lezat, sate tikus telah menjadi makanan yang sangat disukai oleh penduduk setempat. Oleh karena itu, sate tikus layak mendapat tempat di hati para pecinta makanan asli Indonesia.